Senin, 27 Agustus 2012

Contoh Makalah Seminar Bahasa


PENGGUNAAN HOMONIM BAHASA INDONESIA DALAM KALIMAT
                                        

I.    PENDAHULUAN


Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan bahasa maka manusia dapat menjalin hubungan dengan manusia lain secara lancar dalam melakukan proses interaksi sosial.
Dalam bahasa Indonesia terdapat kata-kata yang sama bentuknya, tetapi pengertiannya berbeda. Ada pula beberapa kata yang berbeda tetapi mengandung pengertian yang sama. Hal semacam ini disebut dengan sifat majemuk bahasa (Gudai, 1983 : 21). Sifat majemuk bahasa tersebut dapat menimbulkan kekacauan semantik  (makna), yaitu apabila ada dua orang yang  sedang berkomunikasi dengan menggunakan kata yang sama bentuknya tetapi berbeda artinya, atau sebaliknya. Dengan adanya hal tersebut, penutur bahasa bisa dituntut untuk bisa berbahasa yang dapat  mewakili pengertian atau pesan yang dimaksud.
Satu kata dalam bahasa Indonesia dapat memiliki makna lebih dari satu, untuk mengetahui dengan jelas makna yang dimaksud, sebaiknya ditelusuri melalui konteks atau hubungan dengan kalimat.
            Menurut  Chaer (1990 : 85), hubungan atau relasi kemaknaan mungkin menyangkut kesamaan makna  (sinonim), kebalikan makna (antonim), kelainan makna  (homonim), dan sebagainya. Penggunaan hubungan kemaknaan kata akan dapat membantu kita dalam penguasaan kosa kata.
            Untuk mengembangkan kosa kata dan keterampilan berbahasa, sangat diperlukan adanya usaha peningkatan dan penguasaan kosa kata yaitu melalui pembelajaran kosa kata. Hal ini terutama mengenai  pembelajaran homonim. Dengan  demikian, kita dapat memahami makna kata  dan menyusunnya ke dalam kalimat. Tarigan  (1986 :   92)  juga berpendapat bahwa pengetahuan mengenai homonim   dapat pula mengembangkan  kosa kata.         

II.  RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Apa saja faktor penyebab terjadinya homonim pada bahasa Indonesia ?
2.      Macam-macam homonim apa sajakah yang terdapat dalam bahasa Indonesia ?

III. PEMBAHASAN
a.  Pengertian Homonim
Secara etimologi kata, homonim berasal dari bahasa Yunani kuno onomo yang berarti “nama” dan homo yang berarti “sama”. Secara harfiah homonim diartikan sebagai nama yang sama untuk benda atau hal lain (Chaer, 2002 : 93). Kata-kata yang berhomonim memeperlihatkan adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik. Hubungan kemaknaan pada homonim ini menyangkut masalah kelainan makna.
Beberapa ahli memberi batasan mengenai homonim. Homonim yaitu kata-kata yang mempunyai bentuk yang sama tetapi artinya berbeda (Keraf, 1980 : 130). Sedangkan (Aminudin, 1985 : 24) mengatakan bahwa homonim adalah beberapa kata yang memiliki ujaran yang sama, tetapi memiliki makna yang berbeda.
Verhaar (1985 : 153) mengemukakan pengertian homonim secara lebih luas. Menurutnya homonim didefinisikan sebagai ungkapan lain, tetapi dengan perbedaan makna diantara kedua ungkapan tersebut.
Dari uraian di atas, dapat dilihat adanya dua pandangan yang berbeda. Perbedaan ini terletak pada luasya cakupan. Pertama, homonim diartikan sebagai  dua kata atau lebih yang sama ejaan dan lafalnya, tetapi berbeda maknanya. Penekanannya adalah kata (bukan frasa atau kalimat). Hal ini dapat dikembalikan pada pengertin awal, bahwa homonim adalah nama sama untuk benda atau hal lain. Namun untuk benda atau hal lain itu, lebih tepat mengacu pada kata. Pandangan kedua, homonim diartikan sebagai ungkapan (frasa, kata atau kalimat) yang sama tetapi berbeda artinya.
Dalam kajian ini diprioritaskan pada pandangan pertama, mengingat banyak kasus yang terdapat dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian mengacu pada homonim yang diartikan sebagai dua kata atau lebih yang sama ejaan dan lafalnya, tetapi artinya berbeda.
Contoh cara penulisan homonim homofon dalam Poerwadharminta (1984 : 145) :
Bisa I  : Zat racun yang dapat menyebabkan luka busuk atau mati.
Bisa II : Dapat atau boleh (Poerwadharminta, 1984 : 145).
Contoh cara penulisan homonim homofon dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia:
¹Bisa :…………………….
²Bisa :…………………….
b.   Penyebab Homonim
Sudah menjadi kenyataan, bahwa bahasa atau dialek antar bangsa atau daerah yang satu dengan bangsa yang lain itu berbeda-beda. Namun, dari perbedaan itu ada beberapa kata  yang kebetulan memiliki kesamaan bentuk dan ucapannya. Kesamaan atau kemiripan tersebut dapat menyebabkan terjadinya homonim.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya homonim dapat diuraikan di bawah ini:
Chaer (2002 : 95) mengemukakan bahwa penyebab terjadinya homonim adalah:
Pertama, bentuk-bentuk yang brerhomonim itu berasal dari bahasa atau dialek yang berlainan. Misalnya, kata bisa yang berarti “racun ular” berasal dari bahasa Melayu, sedangkan kata bisa yang berarti “sanggup” berasal dari  bahasa Jawa.
Kedua, bentuk-bentuk yang berhomonim itu terjadi sebagai hasil proses morfologis. Umpamanya mengukur dalam kalimat “Ibu sedang mengukur kelapa di dapur” adalah berhomonim dengan kata  mengukur dalam kalimat “Andi sedang  mengukur tinggi tiang bendera”. Jelas, kata mengukur yang pertama terjadi sebagai hasil proses pengimbunan awalan me- pada kata kukur (me- + kukur = mengukur), sedangkan kata mengukur yang kedua tejadi sebagai hasil proses pengimbuhan awalan me- pada kata ukur (me + ukur = mengukur). Kecuali dua kemungkinan penyebab itu, homonim dapat terjadi karena pengaruh bahasa asing (Subroto, 1991 : 24).
Dari dua pandangan itu, penyebab terjadinya homonim dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bentuk-bentuk yang berhomonim berasal dari bahasa atau dialek yang berlainan
Adanya pengaruh bahasa daerah dan dialek dapat menyebabkan terjadinya homonim, misalnya :
a Kata bisa
Kata bisa yang berarti “racun” berasal dari bahasa Melayu. Sedangkan kata bisa yang berarti “dapat”  berasal dari bahasa jawa. (Chaer, 2002 : 95)
b Kata baku
Kata baku yang berarti “utama” berasal dari bahasa Jawa. Sedangkan kata baku yang berarti “saling” berasal dari bahasa Gorontalo. (Ngefanen, 1990 : 98)
c. Kata asal
Kata asal yang berarti “kalau” berasal dari dialek Jakarta. Sedangkan kata asal yang berarti “pangkal / permulaan”  berasal dari bahasa Jawa.
(Chaer, 2002 : 95)
d. Kata hamba
Kata hamba yang berarti “saya” berasal dari bahasa Minangkabau. Sedangkan kata hamba yang berarti ”budak”  berasal dari bahasa Jawa kuno. (Ngefanen, 1990 : 82)
2. Bentuk-bentuk yang berhomonim terjadi sebagai proses morfologis
Proses morfologis ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya (Ramlan, 1987 : 51). Kata-kata yang memiliki ejaan dan lafal yang berbeda akan dapat menjadi kata-kata yang ejaan dan lafalnya sama. Hal ini akan terjadi bila kata-kata tersebut mengalami proses morfologis
Misalnya :
a. Kata mengurus
Kata mengurus pada “Ibu mengurus rumah tangga dengan baik”   bermakna “mengatur” kata mengurus pada “Budi badannya mengurus “ bermakna “menjadi kurus”.
Kata mengurus yang pertama berasal dari proses pengimbuhan me- dengan kata urus (me + urus = mengurus). Sedangkan kata mengurus yang kedua berasal dari proses pengimbuhan me- dengan kata kurus (me + kurus = mengurus).
b. Kata mengukur
*Ibu sedang mengukur kelapa.
*Andi sedang mengukur tinggi tiang bendera.
Kata mengukur yang pertama terjadi sebagai hasil proses pengimbuhan awalan me- pada kata kukur (me + kukur = mengukur). Sedangkan kata mengukur yang kedua terjadi sebagai hasil proses pengimbuhan awalan me- pada kata ukur (me + ukur = mengukur). Kedua kata tersebut memiliki bentuk yang sama tetapi berbeda artinya.
3. Pengaruh bahasa asing
Pada kenyataannya masyarakat Indonesia bertemu dengan masyarakat modern yang lain di dunia. Pertemuan itu berarti bertemunya antar budaya di segala bidang, sehingga bahasa Indonesia mendapat pengaruh dari bahasa asing yang menyebabkan terjadinya homonim.
Misalnya :
a. Kata kopi
Kata kopi I yang berarti “nama buah untuk minuman”  berasal dari bahasa Belanda koffei. Sedangkan kata kopi II yang berarti “salinan” berasal dari bahasa Inggris copy. (Subroto, 1990 : 35)
b. Kata abu
Kata abu yang berarti “ayah” berasal dari bahasa Arab. Sedangkan kata abu yang berarti “sisa pembakaran” berasal dari bahasa Austronesia kuno. (Ngefanen, 1990 : 35)
c. Kata bala
Kata bala yang berarti “kekuatan / pasukan” berasal dari bahasa Sansekerta “bala” (bala tentara = pasukan tentara). Sedangkan kata bala yang berarti “bencana, malapetaka” berasal dari bahasa Arab “balaun” (menolak bala = menolak bencana). (Zain, : 78)

c.   Macam-macam homonim
Pandangan tentang homonim terdapat dua pendapat. Pertama, bahwa homonim terbatas pada kata. Kedua, di samping kata juga meliputi frase dan kalimat.
Homonim dalam arti sempit mencakup homograf dan homofon. Menurut Keraf (1998 : 37) dalam bahasa Indonesia homonim masih dapat dibedakan lagi atas homograf dan homofon, karena kesamaan bentuk itu dapat  dilihat dari sudut ejaan dan ucapan.
Lebih lanjut Sudjito membagi homonim menjadi tiga, yaitu 1) homonim yang homograf,  2)  homonim yang homofon.
1. Homonim yang homograf
Berbicara tentang homograf berarti menyoroti homonim dari segi tulisan ejaan. Homonim yang homograf memiliki ejaan yang sama tetapi lafal dan maknanya berbeda. (Muslich, 1988 : 77)
Misalnya kata sedan (/e/ diucapkan lemah atau pepet) yang berarti “tangis kecil” dan kata sedan (/e/ diucapkan terang) yang berarti “sejenis mobil penumpang” (Chaer, 2002 : 97).
Kalau memeperhatikan kedua contoh di atas, maka dapat dikatakan bahwa masalah kehomografan dalam bahasa Indonesia, adalah karena tidak dibedakannya lambang-lambang untuk fonem /e/ yang diucapkan pepet dan fonem /e/ yang diucapkan terang, di dalam sistem ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sekarang.
Di dalam (Poerwadhaminta, 1984), homonim yang homograf ini diberi keterangan di belakang tiap kata-kata tersebut. Untuk lebih jelasnya, berikut ini beberapa contoh homonim yang homograf .

Ejaan
Lafal
Makna
Apel
Apel
/e/ pepet
/e/ terang
Buah
Upacara
Seri
Seri
/e/ pepet
/e/ terang
Cahaya
Tidak kalah tidak menang
Mental
Mental
/e/ pepet
/e/ terang
Memantul
Jiwa


2 .  Homonim yang homofon
Homonim yang homofon dapat diartikan dua kata atau lebih yang ucapannya atau pelafalannya sama tetapi berbeda tulisannya (Muslich, 1989 : 18). Dua kata atau lebih, yang disebut sebagai homonim tidak saja berbeda tulisannya, tetapi juga berbeda maknanya (Arifin, 1989 : 15).
Misalnya bank dan bang yang bunyinya persis sama, tetapi maknanya berbeda. Bank berarti “lembaga yang mengurus lalu lintas uang”, sedangkan bang dari kata abang berarti “kakak laki-laki”.
Berikut ini beberapa contoh homonim yang homofon :

Ucapan
Ejaan
Makna
Sangsi I
Sangsi II
Tang I
Tang II
Bang I
Bang II
Sangsi
Sanksi
Tang
Tank
Bank
Bang
Bimbang, ragu- ragu
Hukuman
Alat untuk menjepit atau mencabut
Mobil untuk berperang yang berlapis baja
Lembaga yang mengatur lalu lintas
Kakak laki-laki

3 .  Homonim yang homofon dan homograf
Homonim yang homofon dan homograf memiliki kesamaan ejaan dan ucapan (Keraf, 1983 : 37). Maknanya tentu berbeda.
Contoh-contoh homonim yang homofon dan homograf dua kata :

Kata
Makna
Karat I
Karat II
Baku I
Baku II
Dara I
Dara II
Lapisan yang melekat pada besi akibat proses kimia
Ukuran untuk menentukan kadar emas
Pokok, inti, utama
Saling (Ngefanan, 1989 : 24)
Perawan, gadis
Burung merpati

Contoh-contoh homonim yang homofon dan homograf yang terdiri dari tiga kata atau lebih :

Kata
Makna
Abu I
Abu II
Abu III
Baku I
Baku II
Baku III
Karang I
Karang II
Karang III
Karang IV
Ayah, bapak
Nama orang
Sisa pembakaran yang lengkap
Menebas
Sejarah
Usus muda/usus sapi yang sudah dimasak
Batu kapur yang terjadi dari zat kapur
Mengarang
Tempat berkumpul
Tempat sekitar rumah (Moelyono dkk, 1989 : 390)


d.   Penerapan kata-kata berhomonim dalam kalimat
1.   Penerapan homonim yang homofon dan homograf  ke dalam kalimat :
Karat I        : Besi yang di depan rumah sudah berkarat.
Karat II      : Cincin emas yang Desi pakai 24 karat.
Baku  I       : Kapas adalah bahan baku untuk membuat kain.
Baku  II      : Dua pemuda itu baku hantam.
Dara   I       : Dara manis yang memakai kaos kuning itu masih sekolah.
Dara   II      : Burung dara itu terbang tinggi di angkasa.
2.   Penerapan homonim yang homograf  ke dalam kalimat
Apel I   (buah)           : Ibu sedang membeli apel di pasar.
Apel II  (upacara)      : Setiap hari pegawai negeri harus apel pagi.
Tahu I   (mengerti)     : Siapa yang tahu kemana adikku pergi ?
Tahu II  (lauk)            : Silahkan makan hanya dengan tahu saja.
Seret I    (tarik)          : Perusuh itu diseret ke tepi lapangan.
Seret II   (lamban)      : Perusahaan itu diseret dalam pembayaran pajaknya.
3.   Penerapan homonim yang homofon ke dalam kalimat
*Bank         : Bank swasta itu akhirnya bangkrut..
  Bang         : Bang Ari sedang pergi ke Jakarta.
*Sangsi       : Saya merasa sangsi dengan perkataan Edwin.
  Sanksi       : Budi mendapat sanksi kurungan penjara selama lima tahun.
*Tang         : Paku itu saya cabut dengan tang.
  Tank         : Tentara Irak ditembaki oleh mobil tank Amerika

IV. SIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Homonim dibedakan dalam tiga bagian yaitu:
1. Homonim yang homograf
2. Homonim yang homofon
3.      Homonim yang homofon dan homograf

V.   DAFTAR PUSTAKA

Poerwadharminta, P.J.S.. 1984. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pusaka.
Keraf, Gorys. 1988. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia.
Aminudin, 1985. Semantik Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung : Sinar B.
Chaer, Abdul. 1989. Tata Bahasa Praktis Indonesia. Jakarta : Barata Karya.
Arifin, Zaenal dkk, 1989. Cermat Berbahasa Indonesia. Kata Mediyatama Sarana.
Muslich, Mansur. 1989. Bahasa dan Sastra Indonesia Untuk SMA Kelas 1. Malang : IKIP.